placeholder

your best pick for something trivial


Tentang Mengasuh (Anak)

Sebelum mulai, agaknya kita perlu menjawab dulu sebuah pertanyaan besar terkait topik ini: “Tahu apa saya soal mengasuh anak?”

Fair point, karena aku toh memang belum pernah menjadi orang tua, dan juga tidak berencana untuk menjadi orang tua dalam waktu dekat. Dengan kata lain, aku tidak memiliki kredibilitas yang paling dasar untuk bicara tentang mengasuh anak—and I won’t … bicara tentang mengasuh anak.

Sebenarnya, bisa saja, sih, menjawab dengan, “… tapi aku, kan, pernah jadi anak! Boleh, dong, aku cerita tentang pengalaman atau pandanganku ketika aku, sebagai anak, diasuh oleh orang lain?!”

Bisa, tentu. Hanya saja, itu argumen yang kurang tepat juga, mengingat bahwa sekalipun aku memiliki seorang ayah, aku tidak pernah benar-benar merasa pernah diasuh olehnya. Atau, apakah pengalaman tidak pernah diasuh ini kemudian bisa membuat seseorang boleh bicara tentang mengasuh anak? Mungkin. Mungkin juga tidak.

Tentang mengasuh anak, mungkin aku punya kredibilitas untuk bicara dari sudut pandang anak yang tak pernah merasa diasuh oleh orang tuanya; kemungkinan besar aku tidak punya kredibilitas apa pun. Namun, yang jelas, aku memiliki banyak sekali pertanyaan tentang mengasuh anak.

Pertanyaan pertama, dan mungkin juga pertanyaan yang banyak ditanyakan oleh orang lain, baik yang memutuskan untuk menjadi orang tua, sudah menjadi orang tua, atau bahkan yang tidak tertarik untuk menjadi orang tua: sebenarnya, bagaimana, sih, cara mengasuh anak yang paling tepat?

Kurasa, semua bisa setuju bahwa pertanyaan ini tidak memiliki jawaban yang benar-benar bisa menjawab. Semua orang memiliki kehidupan yang berbeda, setiap keluarga menghadapi situasi yang beragam. Pola pengasuhan anak yang paling ideal jelas tidak mudah untuk diaplikasikan, karena ideal bagi satu keluarga mungkin tidak ideal pula untuk keluarga lain dengan situasi dan kondisi yang berbeda, kan?

Kemudian, apa pertanyaan terkait mengasuh anak yang bisa disepakati dengan pemahaman yang sama oleh beragam kepala yang berbeda?

Bagiku yang tidak punya pengalaman mengasuh anak secara penuh waktu, dan tidak benar-benar diasuh oleh orang tuaku, yang menjadi pertanyaan adalah: Apa sebenarnya yang menjadi tujuan dalam mengasuh anak?

Beberapa orang memahami mengasuh anak sekadar sebagai aktivitas untuk membesarkan anak. Menjaga tumbuh kembangnya hingga anak itu nantinya dapat berdiri sendiri, berjalan, berlari, dan menikmati atau membangun hidupnya sendiri.

Ada pula, kudengar, orang tua yang memahami mengasuh anak sebagai sebuah investasi agar mereka bisa memiliki hidup yang lebih tenang serta nyaman ketika sudah memasuki penghujung usia. Banyak yang tak setuju dengan pandangan ini, tetapi mengasuh anak hingga mereka dapat memperoleh penghidupan yang jauh lebih baik—dengan menjadi dokter, pegawai negeri sipili, atau polisi, misalnya saja; bukannya baik juga, ya?

Ada juga orang tua yang mengasuh anak dengan tujuan agar anaknya tersebut berhasil mencapai apa yang sebelumnya tidak bisa mereka capai sebagai orang tua. Kudengar, banyak juga yang tak setuju dengan anggapan ini, paham bahwa anak memiliki hidupnya sendiri yang harus mereka jalani.

Jujur, aku benar-benar tidak tahu apa tujuan yang mendasari seseorang untuk kemudian memutuskan memiliki anak kemudian mengasuhnya. It’s all Greek to me.

Sebagai anak, aku berharap para orang tua memutuskan untuk memiliki anak karena alasan yang mulia; alasan yang membuat mereka terdorong untuk mengasuh anak mereka dengan baik. Sebagai anak, aku akan senang jika orang tuaku mengajakku berdiskusi tentang alasan mengapa mereka menginginkanku lahir di dunia ini; dan menjelaskan tujuan di balik mereka melakukan apa yang mereka lakukan dalam mengasuhku.



One response to “Tentang Mengasuh (Anak)”

  1. Krisis identitas menjelang usia empat puluh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.