-
Tentang Memulai (Akhir)
I thought seven years was nothing. I’ve been living five times longer than that, so I thought it was nothing. Practically, it’s only a fifth of my whole life; a mere fragment, just a phase, I would say, so I thought it was nothing. And nothing it was, I kept saying; to myself, to my… Continue reading
-
Tentang Mendiamkan (Amarah)
I don’t know if it’s an ASEAN parenting things, tapi kenapa, sih, kita, tuh, selalu dibiasakan untuk menyimpan sendiri setiap emosi yang kita rasakan. Terutama di usia dini yang idealnya justru dimanfaatkan untuk mengenal dan mengeksplorasi berbagai ragam emosi, baik yang positif maupun negatif. Ada salah satu baris lirik dalam lagu favoritku (Split by Niki,… Continue reading
-
Tentang Mengupayakan (Status Quo)
Masih terkait new year resolution, sepertinya aku masih kesulitan untuk menentukan apa yang sesungguhnya ingin kucapai dalam hidup ini. Not saying that I already have everything I want in this life, sih, tapi memang cukup sulit bagiku saat ini untuk mengenali apa yang benar-benar kuinginkan. Menurutku, hidup dengan rutinitas yang membuatku merasa tak jauh berbeda… Continue reading
-
Tentang Menjalani (Tanpa Arah)
Bicara tentang tahun baru (Selamat tahun baru!), resolusi biasanya menjadi salah satu topik yang paling menarik untuk dibahas. Bukan sesuatu yang aneh, sih, karena tahun baru toh memang bisa menjadi momen yang tepat untuk memulai niatan yang juga baru. Namun, sebelum melanjutkan tentang resolusi tahun baru, jujur aku gatal ingin menjelaskan mengapa kita sebaiknya tidak… Continue reading
-
Tentang Mengikhlaskan (Ketidakmampuan)
Sebagai pribadi yang kompetitif, dan terlihat cerdas, tak sedikit yang mengira aku seorang mahasiswa penerima beasiswa ketika kuliah. Waktu itu, di angkatanku memang cukup banyak mahasiswa penerima beasiswa. Entah beasiswa yang diberikan karena prestasi atau beasiswa untuk mahasiswa dari kondisi ekonomi kurang mampu. Kedua jenis penerima beasiswa ini cenderung banyak bertanya di kelas dan ambisius… Continue reading
-
Tentang Memaafkan (Dendam)
Treat others like you want to be treated. Di antara banyak nasihat yang kudapat, dari berbagai sumber, akibat beragam alasan, oleh beberapa mulut berbeda, petuah yang kukutip di atas termasuk salah satu yang paling sering menggigitku dengan sadis. Tak bermaksud berkilah, tetapi sebagai seorang neurodivergence, terkadang memang sulit untukku melihat sesuatu secara normal; sebagaimana mereka… Continue reading
-
Tentang Membangun (Dekonstruksi)
Kalau boleh jujur, orang Indonesia sebenarnya bisa dibilang sebagai masyarakat yang paling sial. Secara teknis, Indonesia termasuk dalam kuadran negara dengan pendapatan per kapita yang rendah serta jaring pengaman sosial yang kurang lebih sama rendahnya. Artinya, sulit bagi masyarakat Indonesia untuk naik kelas secara ekonomi. Sederhana saja, dengan jaring pengaman sosial yang ala kadarnya, hidup… Continue reading
-
Tentang Memelihara (Miskomunikasi)
Sejujurnya, aku baru benar-benar menyadari bahwa setiap emosi negatif yang kumiliki ternyata mengakar cukup kuat dari pilihan-pilihan yang diambil oleh kedua orang tuaku. Setidaknya, dari dua posting yang sudah kuterbitkan sebelum tulisan ini, aku seolah-olah menempatkan ayah dan ibuku pada posisi yang membuatku tumbuh menjadi orang yang sedemikian negatif. Maklum, namanya juga blog baru, jadi… Continue reading
-
Tentang Membentuk (Inferioritas)
Mungkin, beberapa orang akan menyebut apa yang akan kuceritakan ini sebagai humble brag. Jika mereka berharap dengan menyebutku humble bragger, aku akan merasa marah, mereka benar. Namun, jika mereka berpikir aku akan marah karena dicemooh dengan sebutan bragger, sayang sekali, bukan itu alasanku marah, karena aku memang menemukan kepuasan tersendiri saat berhasil menyombongkan sesuatu yang… Continue reading
-
Tentang Merencanakan (Bencana)
Sejak kecil, ibu berulang kali menasehati, “Belajar yang pintar, buktikan kalau kamu pintar.” Alasannya cukup sederhana, “Sadar diri, di rumah ini, cuma masmu yang dianggap anak.” Tadinya, aku menganggap ucapan itu sebagai sesuatu yang wajar-wajar saja. Kami tiga bersaudara dengan komposisi perempuan, laki-laki, dan aku si bungsu laki-laki. Kalau hanya anak laki-laki pertama yang dianggap… Continue reading