placeholder

your best pick for something trivial


Tentang Mempertanyakan (Moralitas)

Bagi kamu yang belum tahu, tanggal 28 September setiap tahunnya merupakan hari aborsi aman internasional. Bagi orang Indonesia, tentu hari ini bukanlah yang secara umum diperingati; terlebih dirayakan.

But anyway, let’s talk about abortion.

Sebagai negara yang pernah menjadi negara dengan populasi muslim terbesar di dunia (atau masih?), Indonesia bisa dibilang memiliki pandangan yang cukup keras terhadap aborsi. Saking kerasnya, banyak penduduknya yang mungkin, bila ditanya, menganggap bahwa aborsi merupakan sesuatu yang dilarang untuk dilakukan di Indonesia.

Lho, memangnya tidak? Nah, menariknya, aborsi bukanlah tindakan yang ilegal di Indonesia, meski tak bisa dibilang pula tindakan ini sepenuhnya legal.

Aborsi di Indonesia masuk dalam kategori legal terbatas atau highly restrictive. Ini artinya, sebenarnya aborsi boleh dilakukan di Indonesia, tetapi terbatas pada situasi-situasi tertentu seperti korban hasil pemerkosaan dan bila melanjutkan kehamilan mengancam nyawa sang ibu.

Sejarah legalitas aborsi di Indonesia sendiri sama sekali tidak dimulai dengan moral, seperti yang kebanyakan digunakan oleh masyarakat Indonesia masa kini.

Diambil dari hukum pada masa penjajahan kolonial Belanda, kemudian dimasukkan ke dalam KUHP ketika Indonesia merdeka, aborsi ditetapkan sebagai tindakan yang ilegal dan melawan hukum untuk melindungi perempuan. Pasalnya, ketika hukum ini dicetuskan, banyak perempuan yang menjadi korban dari aborsi tidak aman, misalnya dengan menggunakan jasa dukun pijat atau semacamnya, yang sering kali berakhir dengan hilangnya nyawa si ibu.

Anehnya, entah sejak kapan, penerapan hukum ini dijalankan dengan dasar moralitas, bukan lagi untuk melindungi perempuan. Bisa jadi karena Islam yang menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia (sekalipun secara tafsir, kita bisa memperdebatkan pandangan Islam terhadap aborsi).

Boleh atau tidaknya aborsi dilakukan, kemudian dinilai secara moral. Seberapa bermoral atau tidak bermoralnya aborsi? Kemudian, karena moral selalu mengikuti konsensus umum, banyak masyarakat Indonesia yang kemudian melihat aborsi sebagai sesuatu yang buruk, alih-alih sebagai salah satu pilihan yang bisa diambil perempuan untuk melindungi dirinya.

Kalau ditanya, mungkin banyak yang sudah tahu juga, posisiku terkait akses aborsi merupakan pro-life, yang berarti aku tidak mendukung praktik aborsi. Namun, aku bukan seorang yang anti-choice. Artinya, sekalipun aku mungkin tidak akan melakukan aborsi (atau, karena aku memang tidak terlahir dengan rahim, meminta pasanganku melakukan aborsi), aku tidak akan menghentikan siapa pun yang ingin melakukannya.

Menurutku, akses terhadap aborsi aman adalah hak setiap perempuan yang, sebagaimana banyak praktik medis lainnya, semestinya bebas nilai. Tak seharusnya kita memandang aborsi dengan kacamata moral, benar atau salah; baik atau buruk; bermoral atau tidak.

Pada kenyataannya, dilegalkan atau tidak, banyak perempuan yang membutuhkan akses terhadap aborsi aman. Membatasi akses terhadap aborsi aman justru mendorong kebutuhan untuk aborsi itu pada praktik-praktik aborsi tidak aman.

Mungkin, jika dilihat dari kacamata moral, banyak orang yang akan merasa bangga atau lega ketika berhasil menghentikan orang lain yang ingin melakukan aborsi.

Namun, apakah kita bisa disebut bermoral jika kita, dengan sadar, memaksa orang lain untuk terlahir dalam keadaan tidak diinginkan maupun direncanakan? Apakah kita bisa disebut moral ketika kita membatasi hak orang lain hanya karena kita menganggap pemenuhan hak tersebut bertentangan dengan moral kita?

Di mana letak moralitas ketika kita menghalangi orang lain untuk mengakses pilihan yang lebih baik bagi hidupnya atas nama moral? Jika kita memang bermoral, bukankah kita seharusnya mengharapkan sesuatu yang baik terjadi pada orang lain; bahwa setiap anak berhak untuk dilahirkan dalam keluarga yang memang menginginkan dan merencanakan kehadirannya?

Aku pribadi memang tidak bisa melihat diriku, atau pasanganku nanti, untuk melakukan aborsi. Namun, pertanyaan-pertanyaan terkait moralitas dalam memandang aborsi tersebut yang membuatku juga merasa tidak bisa bersuara untuk menghalangi akses terhadap aborsi aman.



One response to “Tentang Mempertanyakan (Moralitas)”

  1. Selamat hari aborsi aman sedunia!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.