placeholder

your best pick for something trivial


Tentang Mencintai (Tragedi)

Kurang tahu juga kenapa akhir-akhir ini ada cukup banyak orang yang mengetwit tentang Orpheus. Aku, sih, curiga karena season kedua The Sandman baru saja rilis di Netflix, tapi mungkin bisa jadi juga karena sebab lain, entahlah.

Bagi yang belum familier dengan Orpheus (atau The Sandman), epos ini (aku menganggapnya sebagai epos karena mulai sekarang Orpheus adalah salah satu pahlawanku) bercerita tentang Orpheus dan kekasihnya, Eurydice.

Singkat cerita, Eurydice meninggal di hari pernikahannya dengan Orpheus, dan karenanya, Orpheus pun pergi ke underworld untuk menjemput kembali istri yang sangat dicintainya tersebut. Berhasil memikat Hades dan Persephone, penguasa underworld, Orpheus diizinkan untuk menjemput pulang Eurydice, dengan syarat Orpheus tidak boleh menengok ke belakang dalam perjalanannya keluar dari underworld.

Mudah sekali, kan? Namun, tentu saja ketika hampir keluar dari underworld, Orpheus menengok ke belakang, sehingga keduanya pun kembali terpisahkan, kali ini untuk selama-lamanya.

Nah, hari ini aku tidak sengaja membaca salah satu twit yang melintas di linimasaku. Kurang lebihnya, twit tersebuf mengatakan, “The Orpheus who didn’t look back, is the Orpheus who wouldn’t even set his foot in the underworld.”

Bro, that sentence hits me. Hard.

Sebenarnya, ada banyak sekali perbedaan cerita di balik alasan Orpheus menoleh ke belakang. Dalam seri The Sandman (S02E05), Orpheus menengok ke belakang karena khawatir ketika Eurydice tidak menjawab panggilannya (karena memang selain dilarang menengok ke belakang, keduanya juga dilarang untuk berbicara). Dalam sumber lain, disebutkan Orpheus mendengar suara Eurydice terjatuh dan membuatnya menengok ke belakang. Ada juga yang menjelaskan bahwa Orpheus khawatir Hades dan Persephone menipunya (sebagaimana dewa-dewi dalam epos Yunani kerap digambarkan sebagai pribadi yang usil dan senang mempermainkan manusia). Kalau dicek di wikipedia, dikisahkan Orpheus begitu gembira melihat sinar matahari, menandakan mereka sudah keluar dari underworld, dan menoleh ke belakang.

Terlepas sumber mana yang dipilih, entah kenapa aku percaya bahwa Orpheus menengok ke belakang karena alasan yang sederhana: because he really loves Eurydice.

Meyakini pandangan tersebut, posting yang kubaca di Twitter itu sungguh-sungguh terasa menyesakkan. Sempat kutelusuri, posting tersebut muncul karena banyak orang yang mengandaikan diri mereka sebagai Orpheus, dan mereka yakin jika mereka menjadi Orpheus, mereka tidak akan menengok ke belakang, apa pun alasannya, karena demikianlah mereka memaknai cinta Orpheus kepada Eurydice.

I don’t want to argue with that. Sama sekali tidak ada niatan untuk menginvalidasi, karena toh bisa jadi jika aku berada di posisi Orpheus, aku juga tidak akan menengok ke belakang, apa pun alasannya, karena aku mencintai Eurydice dan ingin segera hidup bersamanya, kan?

Namun, menurutku, sebaiknya kita juga tidak menginvalidasi that Orpheus looked back not because he’s a foolish young man, but that he looked back out of love.

Entah karena khawatir atau justru bahagia, menurutku satu-satunya alasan Orpheus menengok ke belakang adalah karena dia benar-benar mencintai Eurydice. Orpheus yang tidak menengok ke belakang, sekalipun tak bisa mendengar suara Eurydice, sekalipun tidak tahu apakah yang berjalan di belakangnya benar-benar Eurydice, sekalipun paham bahwa Hades sangat mungkin sekali berbohong, bukanlah Orpheus yang akan melakukan segala macam cara agar dapat memasuki underworld untuk menjemput kekasihnya.

Meyakini hal itu, a wave of sadness came to me, again and again, each time bigger than before.

Sulit untuk menerima bahwa Orpheus memang ditakdirkan untuk tidak bersama kekasihnya, dan justru karena Orpheus mencintai Eurydice, lah, tragedi itu terjadi.

I think that to love sometimes means to be ready to be sad; and even when you think you are ready, you will never be prepared to be sad, out of love. Like … sometimes it is because you love, you feel sad, and that sucks, but that’s love nevertheless.



One response to “Tentang Mencintai (Tragedi)”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.