placeholder

your best pick for something trivial


Tentang Mendiamkan (Amarah)

I don’t know if it’s an ASEAN parenting things, tapi kenapa, sih, kita, tuh, selalu dibiasakan untuk menyimpan sendiri setiap emosi yang kita rasakan. Terutama di usia dini yang idealnya justru dimanfaatkan untuk mengenal dan mengeksplorasi berbagai ragam emosi, baik yang positif maupun negatif.

Ada salah satu baris lirik dalam lagu favoritku (Split by Niki, go stream it!) yang menurutku cukup menjelaskan fenomena ini. Sebagai latar belakang, Niki adalah penyanyi Indonesia yang menetap di Amerika Serikat di bawah naungan 88rising, dan Split adalah lagu yang dibuatnya untuk mengekspresikan kerinduannya terhadap rumah.

Dalam lagu tersebut, Niki menyanyikan baris “… and where I live, they believe you only have yourself, but where I’m from, you‘re taught to be somebody else’s.”

Di mana ia menetap sekarang, orang-orang di sekitarnya meyakini bahwa tidak sebaiknya kita mengandalkan orang lain, dan hanya diri sendiri yang bisa dijadikan pegangan. Namun, di tanah kelahirannya, Niki menemukan persepsi yang berbeda, yaitu ketika dirinya diajarkan untuk menjadi sosok yang berbeda, dan bila memungkinkan, menjadi sosok yang bisa dijadikan oleh pegangan orang lain.

Mungkin, dengan individualisme yang lebih tinggi di sana, setiap orang memang diharapkan untuk menyokong dirinya sendiri; sementara di sini yang lebih komunal, setiap orang diharapkan untuk membantu sesama, memprioritaskan kepentingan bersama.

Menurutku, tidak ada yang salah dengan kedua pendekatan tersebut, tetapi bukan berarti tidak ada yang salah dengan keduanya. Entah dengan individualisme, karena toh memang tidak pernah ada pengalaman hidup di negara-negara yang terkenal individual, tetapi hidup komunal sungguh terasa kurang menyenangkan.

Apabila kita harus terus menjadi pegangan orang lain, lalu kepada siapa kita dapat berpegang? Bila kita harus selalu memikirkan perasaan yang dimiliki orang lain, siapa yang akan menjaga perasaan kita sendiri? Jika kita harus memperhatikan kebutuhan orang lain, then what about my needs?

Jawabannya, idealnya, tentu orang lain. Jika kita harus memprioritaskan orang lain, tentu orang lain akan memprioritaskan diri kita, kan? Namun, ya … itu idealnya, dan hidup tidak seadil itu untuk terus menghadiahi kita dengan situasi yang ideal.

Berbuat baik terhadap orang lain belum tentu akan selalu diganjar dengan kebaiakan yang sama. Ditambah lagi, ketika kita sudah sangat terbiasa untuk memikirkan perasaan orang lain, tentu sulit bagi kita untuk mengenali perasaan kita sendiri; dan inilah yang menurutku sulit untuk dihadapi.

Emosi tidak hanya terbatas pada emosi yang positif saja; senang, gembira, puas, bahagia. Emosi adalah spektrum yang terbentang sampai ke aspek-aspek negatif; marah, sedih, kecewa, jijik.

Untukku yang bukan seorang neurotypical, mengenali emosi sendiri bukan perkara yang mudah. Aku butuh waktu lebih lama jika dibandingkan dengan banyak orang lainnya untuk memproses informasi terkait emosi. Ditambah dengan didikan untuk memperhatikan perasaan orang lain yang ada di sekitarku, mengekspresikan emosi yang berhasil dikenali juga bukan sesuatu yang bisa dilakukan asal saja.

Jangan menunjukkan kekecawaan, karena itu akan membuat orang merasa tidak puas; jangan menampilkan persona sedih, karena itu akan menghalangi orang untuk merasa bahagia; jangan membiarkan ekspresi jijik keluar, karena itu akan membuat orang tidak senang.

Sebagai akibatnya, mendiamkan apa yang dirasakan menjadi sesuatu yang sangat wajar. Ketika marah, aku akan diam. Ketika sedih, aku harus diam. Ketika kecewa, aku harus diam. Ketika jijik, aku harus diam. Lalu, jika aku terus-menerus diam, bagaimana orang-orang di sekitarku bisa memperhatikan perasaanku?

Apabila aku terus-menerus diam, apa yang menghentikanku untuk membiarkan orang-orang yang kusayang mendiamkanku?



One response to “Tentang Mendiamkan (Amarah)”

  1. Silence is gold, but I prefer diamond anyway.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.